Friday 24 May 2013

Aceh Menuju 3 Provinsi Bukan Mimpi di Siang Bolong

Sepertinya, rencana pemekaran provinsi ALA dan ABAS bukan mimpi di siang bolong seperti yang dikatakan oleh Wakil Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf beberapa waktu lalu. Pemerintah Kabupaten Simeulue, saat ini tengah mempersiapkan nama kabupaten pemekaran yang nantinya akan bernama Kabupaten Selaut Besar yang meliputi 5 kecamatan yaitu;  Simeulue Cut, Salang, Simeulue Barat, Alafan dan Teluk Dalam.Menurut Wakil Bupati Simeulue, Hasrul Edyar bahwa pemilihan nama tersebut memiliki nilai historis dan strategis yang tinggi dimana nama tersebut merupakan nama salah satu pulau terluar di wilayah Simeulue yang menguntungkan bagi kepentingan daerah dan NKRI. 

Kabupaten yang terletak di wilayah ABAS ini nantinya akan menjadi salah satu kabupaten terbesar di wilayah administratif Provinsi ABAS yang saat ini tengah digodog persiapannya. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, DPR RI dalam rapat paripurna dalam tanggal 22 Januari 2008 yang mengagendakan penyampaian pendapat fraksi terhadap 21 RUU Usul Inisiatif DPR-RI terhadap pemekaran 21 daerah Kabupaten atau Provinsi di Indonesia menghasilkan keputusan bulat yaitu dari 10 fraksi sebanyak 7 fraksi menyetujui pembentukan Provinsi ALA dan Provinsi ABAS serta sebanyak 3 (tiga) fraksi yaitu Fraksi PAN, Fraksi Partai Golkar dan Fraksi PKB dapat menyetujui dengan catatan usulan ini untuk dibahas dalam rapat selanjutnya.
Sementara itu, di pihak Pemerintah pusat sendiri pada tanggal 7 Mei yang lalu di Kantor Deputi 1 Kementerian Politik Hukum dan Keamanan, dilakukan diskusi antara lebih dari 100 tokoh pejuang pemekaran ALA dan ABAS dengan pihak Menkopolhukam. Dalam diskusi tersebut, Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mayjen Yudi Hermanto menyatakan bahwa pihaknya merespon tuntutan pemekaran dan segera menyiapkan peraturan pengganti UU (perpu) tentang pemekaran Provinsi ALA ABAS yang akan segera diterbitkan oleh Presiden RI pada bulan Mei 2013 ini.
Pemekaran provinsi ini diharapkan dapat semakin memeratakan pembangunan di wilayah Aceh khususnya di bagian Barat dan Selatan serta Aceh Leuser Antara yang saat ini jauh tertinggal dari wilayah-wilayah Aceh yang ada di Timur dan Utara. Hal ini juga diharapkan dapat lebih mengakomodir suara dan aspirasi masyarakat Gayo dan suku-suku lain yang selama ini kerap kali “terpinggirkan” dengan kebijakan-kebijakan pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan eks kombatan GAM yang cenderung diskriminatif.Semoga pemekaran ini membawa kebaikan bagi seluruh rakyat Aceh dan menjawab persoalan ketertinggalan selama ini. (atjehgroup)

http://regional.kompasiana.com

Monday 20 May 2013

Cara Metering Pada Teknik Strobist (Off-Camera Flash)

Metering pada kamera umumnya termasuk kamera digital / kamera dslr adalah hal penting dalam pemotretan, begitu juga dalam pemotretan menggunakan teknis Strobist atau artificial light. Pada pemotretan dengan teknis strobist (off-camera flash) ada dua jenis pencahayaan, yaitu cahaya dari flash (lampu kilat) dan ambient light (pencahayaan alami dari sekitar objek).

Lalu bagaimana metering untuk kedua jenis pencahayaan tersebut agar berpengaruh pada hasil foto? Nah untuk mengatur kedua jenis pencahayaan tersebut kita dapat mengatur elemen eksposur pada kamera digital / kamera dslr, yaitu pengaturan pada Aperture (diafragma) dan Shutter Speed (kecepatan rana), dengan prinsip sebagai berikut:

“Perubahan nilau aperture akan mempengaruhi eksposur atau pencahayaan dari flash (lampu kilat)”

dan,

“Perubahan nilai shutter speed akan mempengaruhi eksposur atau pencahayaan dari sekitar objek (ambient light)”

Dengan praktek langsung, akan lebih mudah dipahami dengan melihat perbedaan hasil pemotretannya. Berikut ini contoh pemotretan dengan pengaturan Aperture dan Shutter Speed pada kamera digital / kamera dslr menggunakan flash eksternal (off-camera flash):

Flash dengan Shutter Speed tetap, perubahan pada nilai Aperture
           

Ketika nilai aperture dirubah-rubah --pada pemotretan tersebut nilai angka aperture dinaikkan--, maka pencahayaan pada objek boneka menjadi berubah. Angka aperture semakin naik maka cahaya pada objek semakin sedikit.

Flash dengan Aperture tetap, perubahan pada nilai Shutter Speed
             

Ketika angka shutter speed dirubah-rubah --pada pemotretan tersebut angka shutter speed dinaikkan--, maka pencahayaan pada belakang dan sekitar objek boneka menjadi berubah. Angka shutter speed semakin naik maka cahaya pada belakang objek semakin gelap.

  • Untuk mengetahui batas maksimum shutter speed saat menggunakan flash, lihat pada penjelasan flash sync speed.
  • Untuk mengetahui berapa kekuatan pancaran cahaya flash, silahkan lihat pada penjelasan GN (Guide Number).
  • Apa saja mode flash yang bisa kita pilih pada kamera digital / kamera dslr, ada pada penjelasan Mode sinkronisasi flash.

Itulah sekilas mengenai metering pada kamera digital / kamera dslr untuk teknik strobist. (//pf)

Sunday 19 May 2013

Apa itu Mode Sinkronisasi Flash pada Kamera Digital (DSLR)


Lebih lanjut mengenai sinkronisasi flash (flash sync) yang memiliki koneksi kinerja dengan shutter speed (kecepatan rana). Pada setiap kamera DSLR terdapat berbagai mode sinkronisasi flash ini. Mode ini biasanya tidak berlaku pada mode pemotretan Auto (A) pada kamera DSLR.
  
Mode Sinkronisasi Flash pada Kamera DSLR
1. Fill Flash / Front Curtain Sync. Mode ini dilambangkan dengan ikon petir. Disebut juga dengan anytime flash atau fill flash. Flash akan menyala seketika saat tombol rana (shutter button) ditekan dengan intensitas yang otomatis atau dengan nilai yang sudah ditentukan sebelumnya.


                                                                
Mode Sinkronisasi Flash pada Kamera DSLR
2. Red Eye Reduction. Dilambangkan dengan ikon petir + ikon mata. Prinsipnya sama dengan front curtain sync, namun pancaran cahaya nya dirancang  sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan efek mata merah pada objek orang yang difoto.



Mode Sinkronisasi Flash pada Kamera DSLR
3. Slow Sync. Dilambangkan dengan ikon petin + teks “SLOW”. Mode ini biasanya dikombinasikan jika Anda ingin menggunakan slow speed. Misalnya untuk foto landscape di malam hari, slow speed akan merekam latar belakang (background) dengan lebih detil dan cahaya flash akan mengatur cahaya yang pas sehingga menghasilkan detail objek di latar depan (foreground).

Mode Sinkronisasi Flash pada Kamera DSLR
4. Slow Sync Red Eye Reduction. Prinsipnya sama dengan mode Slow Sync dengan menghilangkan efek mata merah jika ada objek orang pada foto tersebut.




Mode Sinkronisasi Flash pada Kamera DSLR
5. Rear Curtain Sync. Dilambangkan dengan ikon petir + teks “REAR” . Mode ini merupakan kebalikan dari front Curtain Sync. Flash akan menyala beberapa saat sebelum rana tertutup. Biasanya digunakan untuk memotret objek bergerak dengan menampilkan efek slow motion dan menampilkan detail objek pada gerakan (motion) terakhir karena saat itulah flash menyala.


Note: simbol atau ikon flash mode di atas bisa saja berbeda pada setiap merk kameras DSLR. (//pf)


Thursday 16 May 2013

Apa Itu Flash Sync Speed dan Shutter Speed

Sebelum memahami Flash Sync Speed dan men-setting kamera digital / kamera dslr, yuk kita pahami lagi apa itu Shutter Speed (kecepatan rana) seperti penjelasan pada artikel sebelumnya Konsep Exposure (1): Elemen-Elemen yang Mengatur Exposure:

Kecepatan rana (shutter speed) menunjukkan berapa lama terbuka-nya "tirai" yang menutupi masuknya cahaya melalui lensa ke sensor, kemudian menutup kembali. Semakin cepat shutter speed, maka semakin cepat “tirai” membuka-tutup dan semakin cepat (sedikit) sensor menerima cahaya, dan sebaliknya.

   
Di lain sisi  --mengenai flash eksternal atau off-shoe pada teknis strobist--  ada keterbatasan waktu (durasi) saat flash memancarkan cahaya dan kemudian hilang. Jika shutter speed lebih cepat dari durasi pancaran sinar flash, maka dapat dipastikan hanya sebagian cahaya yang dapat terekam sensor kamera (kamera digital / kamera dslr)dan hasil foto akan telihat hitam sebagian. Agar sensor menerima pancaran cahaya flash dengan sempurna maka harus disinkronisasikan antara shutter speed dan pancaran cahaya flash.

Maka dengan kata lain Kecepatan sinkronisasi flash (flash sync speed) adalah batas maksimum shutter speed (kecepatan rana) saat penggunakan flash (sesuai dengan durasi pancaran cahaya flash).
                                                
sinkronisasi flash speed dan shutter speed

Nilai atau batas maksimum shutter speed (flash sync speed) tergantung dari merk kamera digital / kamera dslr, umumnya berkisar antara 1/125 sampai dengan 1/500. (//pf)

Tuesday 14 May 2013

Apa Itu GN (Guide Number) pada Flash

Secara umum Guide Number (GN) adalah angka yang mengindikasikan kekuatan jangkauan maksimum pancaran cahaya lampu kilat (flash). Semakain tinggi nilai angka GN sebuah lampu kilat, maka intensitas dan jangkauan cahaya akan semakin lebar dan jauh. 

Guide Number suatu flash ditentukan oleh pabrikan merk flash tersebut dengan suatu  pengujian berdasarkan tingkat pancaran cahaya yang tepat pada objek diukur dan diset dengan aperture (diafragma). Ketika eksposur terbaik didapatkan oleh objek dari pencahayaan, maka Guide Number untuk mengukur eksposur tersebut adalah:

GN = Aperture x Jarak objek ke flash
(kondisi standar pada ISO 100)

Dengan dasar perhitungan tersebut, maka kita juga dapat menentukan jarak ideal antara objek dengan flash dan juga nilai aperture (diafragma) yang tepat, sebagai berikut:

Jarak objek ke flash = GN / Aperture

Aperture = GN / Jarak objek ke flash.


Menambahkan ISO
Pada saat pemotretan dengan kondisi objek dan flash harus berjauhan, sedangkan nilai GN flash kecil, apa yang harus dilakukan agar pancaran cahaya flash dapat menjangkau objek?

Karena perhitungan GN diatas menggunakan standar ISO 100, maka untuk menaikkan nilai GN sehingga intensitas dan jangkauan flash semakin lebar dan jauh, maka kita bisa menaikkan nilai ISO. Karena semakin tinggi ISO maka kepekaan sensor kamera terhadap cahaya juga akan semakin besar. Dengan perhitungan menggunakan rumus:

GN (ISO-2) = GN (ISO-1) x akar dari (ISO-2/ISO-1)

Dengan GN (ISO 100) 56, maka perhitungan GN untuk ISO 200 adalah 56 x akar dari 200 dibagi 100, hasilnya adalah GN 79,2 pada ISO 200. 

Pada pemotretan dengan kondisi beberapa objek yang jaraknya berbeda-beda dari posisi kamera dan flash maka eksposur hanya akan tepat pada satu posisi objek saja, yang terjangkau flash. Biasanya, pada objek yang berada di dekat kamera atau yang berada pada area metering dari sistem auto-eksposur kamera. Objek di luar jangkauan kamera akan menjadi lebih gelap. Mengenai metering tersebut dijelaskan lebih lanjut dengan contoh-contoh hasil fotonya pada artikel Metering Pada Teknik Strobist (Off-Camera Flash). (//pf)

Teknik Strobist untuk Foto Kreatif dengan Flash (Lampu Kilat)

flash untuk strobist
Seiring dengan perkembangan fotografi digital (kamera digital / kamera dslr) yang sangat pesat, Strobist muncul dan mulai berkembang berkat daya kreatifitas para fotografer, yang kemudian Strobist ini menjadi semacam tren dikalangan forografer di seluruh dunia dalam berkreasi menggunakan artificial light atau cahaya buatan.
 
Lalu apakah Teknik Strobist itu? Definisi Strobist berikut ini seperti pada pada Daftar Istilah Fotografi pada Abjad S-Z: Strobist adalah trik atau teknik pendayagunaan lampu kilat (flash), yang biasanya hanya dipasang di hotshoe (penampang flash yang ada di atas kamera), agar dapat digunakan untuk melakukan pencahayaan dari berbagai posisi di luar hotshoe kamera (off-shoe / off-camera flash). Untuk menghubungkan lampu kilat (flash) dengan kamera digunakan piranti Wiresless Flash Trigger Control yang terdiri dari Receiver dan Transmitter.


Receiver dan Transmitter untuk strobist
 
Tujuan utama para fotografer menggunakan teknik Strobist adalah untuk menggantikan lampu studio yang relatif mahal dan cukup sulit untuk dibawa kemana-mana. Nah dengan Teknik Strobist ini kita seperti membawa studio foto ke mana saja, namun dengan teknik dan pengaturan lighting tertentu akan menghasilkan kualitas foto yang tidak kalah dengan foto studio. Karena kemudahan ini juga lah teknik strobist banyak digunakan oleh fotografer komersial seperti fotografer jurnalistik, pre-wedding, wedding, interior, dan foto produk.
           
Aksesoris flash (lampu kilat) untuk Strobist saat ini juga sudah sama dengan strobe flash studio (lampu studio), perbedaannya hanya pada ukurannya yang lebih kecil, antara lain: honeycomb, snoot, soft box, dll.

Seperti halnya lampu strobe studio, pada teknis Strobist kita juga harus menguasai metering, eksposur, dan sinkronisasi flash. Perbedaannya hanya pada intensitas pancaran cahaya yang lebih lebih terang dan luas dibanding dengan built-in flash, intensitas cahaya ditunjukkan dengan GN (Guide Number).
  • Untuk mengetahui berapa kekuatan pancaran cahaya flash, silahkan lihat pada penjelasan GN (Guide Number).
  • Untuk mengetahui batas maksimum shutter speed saat menggunakan flash, lihat pada penjelasan Flash Sync Speed.
  • Apa saja mode flash yang bisa kita pilih pada kamera digital (dslr), ada pada penjelasan Mode Sinkronisasi Flash
  • Untuk mengetahui Metering pada kamera digital (dslr) untuk teknik strobist, silahkan baca pada artikel Metering Pada Teknik Strobist.

Itulah sekilas tentang dasar teknik Strobist khususnya menggunakan kamera digital atau kamera dslr. (//pf)